Resensi cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana”

Bahkan Doktor Lulusan Universitas Ternama Amerika Akhirnya Gagal

 

Identitas Cerpen

Judul            : RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana
Pengarang  : Kuntowijoyo
Dimuat        : Harian Kompas, 4 April 2004

Latar Belakang Pengarang

Prof. Dr. Kuntowijoyo (lahir di Saden, Bantul, Yogyakarta pada 18 September 1943) adalah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan dari Indonesia. Ia menulis cerita pendek sejak duduk di bangku SMA, kemudian drama, kemudian esai, roman. Ia baru menulis sajak sekaligus dua buah kumpulan Isyarat (1976) dan Suluk Awang Uwung (1976), ketika bermukim di Amerika Serikat untuk mencapai gelar MA dan Ph.D.

Cerpennya dimuat dalam majalah “Horison”, harian “Kompas”, dan terpilih menjadi cerpen terbaik harian “Kompas”, yakni Laki-Laki yang Kawin dengan Peri (1994), Sampan Asmara dan Pistol Perdamaian (1995), serta RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana (2004). Tulisannya berupa esai juga banyak dimuat di surat kabar.

Sinopsis Cerpen

Selepas tugas belajar, Saya tinggal di Perumnas bagian perumahan dosen, di jalan Belimbing. Saya skeluarga menamakan jalan ini sebagai jalan Asmaradana, yang berarti api asmara.

Sebagai seorang ketua RT, Saya yang berijazah S3 doktor ilmu politik luar negeri, memulai karir dengan sebuah tantangan klasik, yaitu menyelesaikan permasalahan yang dialami warga. Persoalan ini Saya sebut dengan istilah “kasus Pak Dwiyatmo versus Said Tuasikal”. Keduanya tinggal satu kopel, hanya berbatas dinding dari asbes yang menyekat RS yang masih asli itu.

Singkatnya, Pak Dwiyatmo dianggap membuat bising dan menganggu kenyamanan Said Tuasikal yang baru saja menjadi pengantin. Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku. Tidak ada seorang pun warga mengetahui apa sebenarnya yang ia kerjakan.

Sebagai seorang pendatang, Said Tuasikal, atas saran sang istri, tidak menegur secara langsung Dwiyatmo perihal kelakuannya, karena orang Jawa dikenal memiliki sifat jalma limpat, mampu menangkap isyarat. Jadilah Said Tuasikal mencoba bersabar dan menunggu. Namun kesabarannya habis, dan ia pun mengadukan permasalahannya pada Saya.

Saya mendengarkan keluhan-keluhan Said Tuasikal dan memberi beberapa saran yang mungkin bisa membantu menyelesaikan masalah ini, antara lain melapisi dinding-dinding dengan gypsum yang kedap suara. Usul-usul itu rupanya agak sulit dijalankan karena membutuhkan biaya lebih. Namun, Saya tidak punya waktu dan sungkan pula untuk menegur Pak Dwiyatmo karena keanehannya yang sudah menjadi rahasia umum. Pak Dwiyatmo terlalu menutup diri, konon penyebabnya adalah kematian sang istri.

Said Tuasikal semakin sering mengeluh dan Saya memberi usul-usul lain yang tetap tidak berhasil. Sementara Pak Dwiyatmo semakin terlihat misterius dan sulit dipahami.

Walhasil, Saya gagal menyelesaikan permasalahan keduanya. Saya sangat malu dan merasa sangat bodoh. Saya sudah pergi ke empat benua untuk belajar, riset, seminar dan mengajar. Tetapi bahkan tentang tetangga Saya, Saya tidak tahu apa-apa. Manusia itu misteri bagi orang lain.

Tanggapan

Membaca judul cerpen ini saya langsung tertarik, apalagi melihat nama pengarangnya. Karya-karya Kuntowijoyo terbilang sangat fenomenal yang sarat muatan moral. Cerpen ini menceritakan tentang masalah kehidupan yang dianggap klasik, namun mungkin tidak terbayangkan oleh masyarakat. Cerita ini menjadi cerita yang penuh pelajaran tanpa harus menggurui.

Cerpen ini diawali dengan sebuah pernyataan yang begitu selaras dengan logika, “Ada tragic sense of life, ada comic sense of life” lalu dilanjutkan dengan ulasan sederhana yang memperjelas arti pernyataan tersebut. Pembaca diajak menyadari berbagai hitam-putih dalam hidup, yang bertolakbelakang namun selalu hadir berdampingan.

Penulis sekali lagi mengajak pembaca membuka hati dan pikiran, kali ini mengenai pentingnya arti kepemimpinan, bahkan menitikberatkan pada tugas seorang ketua RT, yaitu tertera dalam penggalan berikut “Dia pasti tidak tahu bahwa pekerjaan Ketua RT itu jabatan paling konkret di dunia: mengurus PBB, semprotan DB, kerja bakti membersihkan selokan, menjenguk orang sakit, pidato manten, dan banyak lagi. Presiden bisa diam, Ketua RT tidak.”

Pembaca dibuat takjub dan terkesima dengan realita yang digambarkan penulis dalam cerpennya melalui “Jadilah saya Pak RT. Maka Indonesia punya Ketua RT berijazah S3 dari universitas papan atas di Amerika. Dan Ibu Pertiwi punya pengganti Pak RT, istri saya, lulusan universitas Kota New York.” Selain itu, pada bagian ini penulis juga secara tidak langsung memberi dorongan bagi pembaca agar tidak menutup harapannya sejauh jarak pandangnya saja, melainkan memotivasi bahwa semua orang bisa mencapai titik tertinggi sekalipun.

Melalui ulasan “Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu, thok-thok-thok. Tak seorang pun tahu apa yang dikerjakannya. Siang hari pintu rumahnya tertutup karena pergi. Malam hari juga tertutup, karena itu saran dokter puskesmas. Maka ia absen di semua kegiatan kampong” penulis membiarkan pembaca bertanya-tanya dalam pikirannya masing-masing. Ada misteri dan teka-teki terselubung yang diselipkan ke dalam cerita.

Pembaca juga diajak menyelami dan bahkan ikut terlibat dalam permasalahan yang terjadi, merasakan berbagai perasaan yang timbul-hilang bergejolak dalam diri. Terkadang menggelikan, sesekali menakutkan, dan tak henti-hentinya dibuat takjub.

Ending cerita yang tidak disangka-sangka kembali menjadi pemicu ketakjuban pembaca, bahwa masalah sederhana tersebut rupanya gagal diselesaikan oleh seorang doktor lulusan universitas ternama Amerika. Betapa merupakan sebuah kegagalan yang berujung penyesalan dan rasa malu yang amat sangat dalam diri tokoh ‘saya’. Disini pembaca dapat mengambil banyak sekali hikmah, diantaranya adalah pendidikan tinggi yang kita capai pun tidak menjamin keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat, karena terkadang masalah yang terjadi bukan hanya menuntut kemampuan otak tetapi juga hati dan keterampilan hidup bermasyarakat.

Keunggulan Cerpen

Penggunaan bahasa yang sederhana menjadikan cerpen ini mudah dipahami. Ide penulis diulas dengan sangat baik, membuat pembaca dapat dengan sendirinya memetik hikmah dan pelajaran yang tertuang dalam cerpen ini tanpa ada unsur menggurui atau mendikte.

Cerpen ini mampu menggugah para pembaca agar memahami adanya kaitan antara berbagai komponen yang kemudian membentuk lingkaran hubungan manusia dengan dirinya, dengan lingkungan sosial, dan juga dengan Tuhan. Disinggung pula pentingnya perasaan malu dan kejujuran yang tulus dari dalam diri, yang kini sedang krisis, bahwa ternyata berdampak positif dan akan membawa individu ke arah yang lebih baik.

Kelemahan Cerpen

Pembaca sulit menemukan hubungan judul cerpen dengan isi. Pengubahan nama jalan Belimbing menjadi Asmaradana pun tidak diketahui secara jelas alasannya.

Adanya kesenjangan yang terlampau jauh, yaitu ketidakmampuan seorang bergelar doktor lulusan universitas ternama Amerika untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat sehari-hari yang sebenarnya dapat ditemukan solusinya secara logika, yaitu apabila ketua RT berperan dengan maksimal terhadap kedua pihak, Said Tuasikal dan Pak Dwiyatmo, bukannya satu pihak saja.

Penulis mencoba melukiskan masalah yang terjadi dengan menggunakan kata “perseteruan”, dimana yang seharusnya terjadi adalah benar-benar perseteruan antara kedua belah pihak. Namun yang diceritakan justru cenderung pada keluhan-keluhan Said Tuasikal, seolah-olah yang bermasalah hanya Said Tuasikal.

Kesimpulan

Sebagai peresensi, berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan cerpen ini, menilai bahwa cerpen ini cocok dibaca oleh semua kalangan karena sangat menarik dan banyak pelajaran yang dapat diambil.

Analisa Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana”

Unsur Intrinsik cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana”

 

Tema

Tema cerpen “Rt 03 Rw 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana” adalah Kegagalan dan Penyesalan. Tokoh ‘saya’ sebagai tokoh utama dalam cerpen tersebut merasa gagal menjadi ketua RT karena tidak bisa menyelesaikan permasalahan kedua warganya, yaitu Bapak Dwiyatmo dan Bapak Said Tuasikal. Kegagalan itu membawa penyesalan dalam diri tokoh ‘saya’, mengingat betapa panjang perjalanan yang akhirnya menjadikan dirinya sebagai seorang doktor lulusan universitas papan atas di Amerika, namun bahkan menjadi ketua RT pun ia gagal.

Plot (Alur)

Cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana” beralur maju. Pada awal cerpen, tokoh ‘saya’ menceritakan tentang kedua temannya yang mempunyai sifat bertolakbelakang satu sama lain. Kemudian diceritakan mengenai peristiwa yang hampir serupa namun berbeda. Tokoh ‘saya’ lalu bercerita secara runtut dari awal ia terpilih menjadi ketua RT, menghadapi permasalahan kedua warganya yang akhirnya gagal ia selesaikan, hingga penyesalannya.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh yang terlibat dalam cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana” yaitu tokoh saya, Nurhasan, Kaelani, pemondok, seorang warga, Ibu Pertiwi, Pak Dwiyatmo, Pak Said Tuasikal, Istri Pak Said Tuasikal.

Saya

  • Pandai, yaitu terdapat dalam kalimat “Sebagai orang paling terpelajar, saya didaulat teman-teman jadi Ketua RT, menggantikan Pak Trono yang pindah.
  • Suka bercanda, yaitu terdapat dalam kalimat “Dan anak Mas Said jadi Jambon. Itu warna pink, warna cinta. Jadi ada Jadel, ada Jamin, ada Jambon.
  • Tidak bertanggungjawab, yaitu terdapat dalam kalimat “Ya pindah rumah, to. Kok sulit-sulit.
  • Tidak tegas, yaitu terdapat dalam kalimat “Saya mau menegur Pak Dwiyatmo, tetapi rasanya tidak pas. Menyuruh keduanya berunding untuk menyelesaikan perseteruan diam-diam itu, jangan-jangan malah jadi perseteruan terbuka. Jadi saya hanya bagaimana-bagaimana sendiri.

    Nurhasan

  • Suka mengeluh, yaitu terdapat dalam kalimat “Lha betul to, Perumnas itu ya begini. Tinggi setidaknya empat meter supaya ruangan sejuk.
  • Berprasangka buruk, yaitu terdapat dalam kalimat ”Melihat ada rumah mewah di Perumnas, dia akan bilang, Lihat orang-orang kaya mendepak keluar orang-orang miskin.

    Kaelani

  • Suka bercanda, yaitu terdapat dalam kalimat “Pemborong itu masuk sorga tanpa dihisap. Apa sebab? Karena ia suka berbohong untuk menyenangkan orang.”
  • Tidak bertanggungajawab, yaitu terdapat dalam kalimat “Ya, kalau rusak diproyekkan. Semua senang, DPRD, kepala dinas, dan tentu saja pembohongnya, eh, pemborongnya.

    Pemondok

  • Pandai, yaitu terdapat dalam kalimat “Dia sedang sekolah S2.”
  • Tidak bertanggungjawab, yatu terdapat dalam kalimat “Bapak tidak usah repot. Ketua RT itu hanya kedudukan simbolis.

    Seorang Warga

  • Bersolidaritas, yaitu terdapat dalam kalimat “Jangan khawatir, urusan RT adalah urusan bersama.”

    Ibu Pertiwi

  • Pandai, yaitu terdapat dalam kalimat “Dan Ibu Pertiwi punya pengganti Pak RT, istri saya, lulusan universitas Kota New York.”
  • Bertanggungjawab, yaitu terdapat dalam kalimat “Sekali-sekali rapat bulanan RT saya pimpin, sekali-sekali istri saya.

    Pak Dwiyatmo

  • Misterius, yaitu terdapat dalam kalimat “Tak seorang pun tahu apa yang dikerjakannya.”
  • Pasif, yaitu terdapat dalam kalimat “Maka ia absen di semua kegiatan kampung.”
  • Tidak qana’ah, yaitu terdapat dalam kalimat “Sebagian orang masjid mengatakan ia tidak qana-ah, artinya tidak ikhlas menerima takdir Tuhan, itu sebabnya ia protes kepada-Nya.
  • Egois dan pengganggu, yaitu terdapat dalam kalimat “Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu, thok-thok-thok.”

    Pak Said Tuasikal

  • Pandai, yaitu terdapat dalam kalimat “Said berasal dari Ambon, dibiayai APBD untuk sekolah.”
  • Baik, yaitu terdapat dalam kalimat “Pasangan Said orangnya baik.”
  • Aktif, yaitu terdapat dalam kalimat “Said ikut ronda, dan istrinya ikut arisan.”
  • Berprasangka buruk, yaitu terdapat dalam kalimat “Orang sebelah itu pasti punya kelainan, Pak.
  • Tidak kaya, jujur, dan apa adanya, yaitu terdapat dalam kalimat “Ala, Bapak ini bagaimana. Kalau beta kaya pasti sudah menyewa rumah di luar Perumnas.

    Istri Pak Said Tuasikal

  • Baik, yaitu terdapat dalam kalimat “Pasangan Said orangnya baik.
  • Aktif, yaitu terdapat dalam kalimat “Said ikut ronda, dan istrinya ikut arisan.
  • Berhati lembut, yaitu terdapat dalam kalimat “Maaf, kalau kata-kata suami saya menyinggung Bapak.”

Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana” adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama, ditandai dengan penggunaan kata ganti ‘saya’.

Latar (Setting)

  • Latar Tempat

Di Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana, di Perumnas, yaitu terdapat dalam kalimat “Akan tetapi, keduanya sangat lain dengan kasus Pak Dwiyatmo versus Said Tuasikal di Jalan Belimbing (keluarga kami menyebutnya sebagai Jalan “Asmaradana”. Asmara artinya cinta, dana singkatan dari dahana artinya api).” Dan “Mohon diketahui bahwa selepas tugas belajar saya tinggal di Perumnas, bagian perumahan dosen. “

  • Latar Waktu

Pagi hari, larut malam, siang hari, dan malam hari, yaitu terdapat dalam kalimat “Pagi hari dia akan terlihat membawa cangkul.” Dan “Sebab, larut malam malah dia bekerja, memaku, membenarkan dipan atau apa begitu, thok-thok-thok.” Serta “Siang hari pintu rumahnya tertutup karena pergi. Malam hari juga tertutup, karena itu saran dokter puskesmas.”

  • Latar Suasana

Bising, ditandai dalam kalimat “Singkatnya, Pak Dwiyatmo dianggap membuat bising. “ Menakutkan, ditandai dalam kalimat, “Saya juga menghindar setiap mau ketemu orang yang saya persangkakan dari Ambon, nyata atau khayalan, hidup atau mati, di mana saja.” Bersatu, ditandai dalam kalimat “Gotong-royong kita sangat bagus.

Amanat

Dalam cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana”, penulis ingin menyampaikan beberapa pesan, yaitu sebagai berikut :

  1. Dalam memandang kehidupan ini, sebaiknya tidak mengandaikan hidup seperti lubang hitam yang penuh penderitaan, juga tidak menyepelekan kehidupan.
  2. Bangunlah hubungan yang baik dengan semua orang, terutama dengan orang-orang di sekitar kita.
  3. Jika diberi suatu kepercayaan, harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab.
  4. Apabila tidak bisa menyelesaikan suatu masalah sendirian, mintalah bantuan orang lain. Menyelesaikan masalah bersama akan lebih baik.
  5. Jangan menyombongkan diri dengan apa yang kita miliki.
  6. Ilmu yang kita miliki harus diamalkan agar berguna bagi banyak orang.

Unsur Ekstrinsik cerpen “RT 03 RW 22: Jalan Belimbing atau Jalan Asmaradana”

  1. Nilai Sosial, yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat

    “Pasangan Said orangnya baik. Said ikut ronda, dan istrinya ikut arisan. Dari poskamling dan arisan itulah warga tahu keluhan-keluhan mereka tentang Pak Dwiyatmo yang secara tidak sengaja dikatakan.”

    Nilai sosial yang terdapat dalam penggalan cerita diatas adalah masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan setempat dan juga masyarakat yang transparan, saling terbuka sehingga masyarakat bisa saling mengenal dan tanggap terhadap masalah yang ada.

  1. Nilai Pendidikan, yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam cerita yang berhubungan dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

    “Semua setuju. Jadilah saya Pak RT. Maka Indonesia punya Ketua RT berijazah S3 dari universitas papan atas di Amerika. Dan Ibu Pertiwi punya pengganti Pak RT, istri saya, lulusan universitas Kota New York. Sekali-sekali rapat bulanan RT saya pimpin, sekali-sekali istri saya.”

    Nilai pendidikan yang terkandung dalam penggalan cerita diatas yaitu ketua RT yang bergelar doktor lulusan universitas papan atas di Amerika dan wakil ketua RT yang adalah lulusan universitas Kota New York.

  1. Nilai Moral, yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/peranggai atau etika.

    “Lain lagi teman saya Kaelani yang memandang hidup sebagai komedi, sebuah lelucon.”

    Nilai moral yang terdapat pada kalimat diatas adalah nilai moral yang kurang baik, yaitu memandang sepele terhadap kehidupan. Orang yang berperangai seperti ini umumnya tidak bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada.

  1. Nilai Budaya, yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan budaya yang terdapat di suatu daerah/tempat.

    ”Istrinya melarang dia. Katanya, “Orang Jawa itu jalma limpat, dapat menangkap isyarat.”

    Nilai budaya yang terdapat dalam penggalan cerita diatas yaitu sifat suku Jawa yang biasanya jalma limpat, yaitu perasa dan peka terhadap sekeliling.

  1. Nilai Agama, yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.

    “Sebagian orang masjid mengatakan ia tidak qana-ah, artinya tidak ikhlas menerima takdir Tuhan, itu sebabnya ia protes kepada-Nya (Allahumaghfirlahu, semoga Allah mengampuninya. Semoga dipanjangkan umurnya sehingga ia sempat bertaubat).”

    Nilai agama yang terkandung dalam penggalan cerita diatas adalah nasihat-menasihati dalam kebaikan dan saling mendoakan agar mendapat berkah Allah SWT.

  1. Nilai Ekonomi, yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan keuangan masyarakat suatu wilayah.

    “Ala, Bapak ini bagaimana. Kalau beta kaya pasti sudah menyewa rumah di luar Perumnas.”

    Nilai ekonomi yang terdapat dalam penggalan cerita diatas yaitu keadaan ekonomi masyarakat yang pas-pasan sehingga hanya mampu menyewa rumah di perumnas yang beratap dan berdinding asbes.

 

Resensi Novel “Sang Pemimpi” Karya Andrea Hirata

Identitas Buku

Judul                     : Sang Pemimpi
Penulis                 : Andrea Hirata
Penerbit              : PT Bentang Pustaka
Halaman              : x + 292 Halaman
Cetakan               : ke-14, januari 2008
Jenis Cover         : Soft Cover
Dimensi(L x P)   : 130x205mm
Kategori               : Petualangan
Text                       : Bahasa Indonesia
ISBN                      : 979-3062-92-4

 Latar Belakang Pengarang

Andrea Hirata, lahir di Belitong. Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains-fisika, biologi, kimia, astronomi dan tentu saja sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia. Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dri kedua universitas tersebut dan lulus cum laude. Tesis itu telah di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja dikantor pusat PT. Telkom.

Sinopsis Buku

Setelah 40 tahun bumi pertiwi merdeka, akhirnya Belitong Timur, pulau timah yang kaya raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri, yaitu SMA Negeri Bukan Main. Artinya tidak perlu lagi menempuh 120 kilometer untuk mengenyam pendidikan di bangku SMA. Namun tetap tidak mudah, karena sang kepala sekolah, Drs. Julian Ichsan Balia, yang juga seorang guru kesusastraan, sangat disiplin dan konsisten dalam menentukan siapa anak didiknya, NEM minimal 42, tidak bisa ditawar-tawar. Bahkan Mustar M. Djai’din, B.A, seorang guru biologi yang juga merupakan salah satu perintis berdirinya SMA Negeri Bukan Main, tidak berhasil menggoyahkan kokohnya peraturan Pak Balia. Meski beropini apapun anak laki-lakinya yang memiliki NEM 41,75 tetap gagal menjadi siswa di sekolah yang telah diusahakannya itu.

Ikal, Arai, dan Jimbron, yang merupakan tokoh protagonis dalam novel ini, diterima bersekolah di SMA Negeri Bukan Main. Mereka salah satu anak dari keluarga kurang beruntung di kampung terpencil di Belitong.  Ikal sedikit lebih beruntung dari Arai dan Jimbron. Karena walau ia hanyalah anak seorang pekerja PN Timah Belitong yang terancam terseret gelombang PHK, setidaknya ia memiliki keluarga yang lengkap dan penuh cinta kasih. Ia sangat mengagumi sosok ayahnya, yang ia sebut juara satu seluruh dunia.

Sedangkan Arai dan Jimbron memiliki kisah yang dapat dikatakan serupa. Arai merupakan simpai keramat, yakni orang terakhir yang tersisa dari suatu klan. Saat ia kelas satu SD, Ibunya meninggal ketika melahirkan, begitu pula adiknya yang baru lahir. Belum berakhir masa dukanya, saat ia naik kelas tiga SD, ayahnya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Arai yang ternyata adalah sepupu jauh Ikal, kemudian diadopsi oleh Pak Seman Said Harun, ayah Ikal.

Jimbron yang kini gagap sebenarnya memiliki kisah amat pilu dibalik kegagapannya. Jimbron memiliki dua adik kembar perempuan. Ibunya wafat ketika Jimbron kelas empat SD. Sementara ayah yang ia jadikan orientasi hidupnya, terkena serangan jantung saat membonceng Jimbron dengan sepeda. Saat itu belum sampai 40 hari ibunya wafat. Jimbron sekuat tenaga pontang-panting membonceng ayahnya menuju Puskesmas. Setelah beberapa menit di Puskesmas, ayah Jimbron meninggal. Sejak saat itu Jimbron gagap. Kejadian memilukan itu juga berakibat munculnya ketertarikan Jimbron pada kuda yang mencapai tingkat obsesi komplusif. Kedua adik kembarnya diasuh bibinya di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, sedangkan Jimbron diasuh oleh Pendeta Geovanny, sahabat keluarganya.

Ikal, Arai, dan Jimbron menyewa kamar kontrakan di Magai, karena jarak dari sekolah ke kampungnya terlalu jauh, yaitu 30 kilometer. Demi membiayai kehidupan dan membantu keluarga, mereka bekera menjadi kuli ngambat. Pekerjaan teramat berat dan kasar ini mengharuskan ketiganya bangun pukul 2 pagi, mengangkut ikan-ikan yang panjangnya rata-rata mencapai dua meter. Biasanya pekerjaan ini selesai pada pukul enam, sehingga mereka akan tergesa-gesa menggunakan sisa waktu sebelum jam tujuh.

Namun, walau bekerja sebegitu berat sambil sekolah, mereka tetap tidak melupakan status pelajar yang melekat dalam diri mereka. Buktinya, saat pembagian rapot, Ikal dan Arai berada di garda depan (peringkat sepuluh besar), Ikal di peringkat ketiga dan Arai di peringkat kelima. Sedangkan Jimbron, yang tumbuh invalid (kakinya panjang sebelah), namun memiliki semangat dan ketenangan yang luar biasa, berhasil mempersembahkan kursi nomor 78 untuk Pendeta Geo. Mereka punya mimpi yang hebat: berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Sekolah ke Prancis. Menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne.

Ikal, Arai, dan Jimbron, walau memberi inspirasi, tetap saja adalah remaja. Mereka tidak lepas dari jeratan perasaan yang sulit diterjemahkan dengan berbagai pemahaman dan kata-kata, yang disebut cinta. Ikal tetap setia pada cinta pertama yang entah dimana kini, A Ling, anak pemilik Toko Sinar Harapan. Arai pantang menyerah menjaga dan membuktikan cintanya pada sosok wanita yang sayangnya sangat tidak peduli. Pengorbanannya yang gigih, entah menguap kemana bagi seorang Zakiah Nurmala binti Berahim. Dan Jambron, lebih dari keobsesian komplusifnya terhadap kuda, ia mencintai Laksmi, gadis malang yang seakan lupa bagaimana cara tersenyum sejak keluarganya terenggut dalam peristiwa kecelakaan kapal di semenanjung yang kini dinamakan semenanjung Ayah.

Sebagai remaja, mereka terkadang lalai dan tergoda dengan gejolak perubahan menuju dewasa. Oleh karena itu, ketiganya kadang terseret masalah-masalah yang menimpa remaja pada umumnya. Namun dibalik setiap persoalan yang mereka ikut nimbrung atau bahkan yang mereka sebabkan, mereka mampu memetik dan menyimpulkan hikmah.

Ikal yang kini menginjak usia delapan belas rupanya telah mulai memahami realitas kehidupan. Ia kehilangan semangatnya. Dulu ia optimis bermimpi hingga melampaui posibilities-line, tapi kini, membayangkan mimpinya yang sangat tinggi itu, ia tersenyum pahit, menertawakan diri sendiri. Ia jadi banyak merenung memikirkan nasibnya masa depan yang paling banter menjadi pelayan restoran mi rebus atau kernet mobil omprengan reyot.

Walhasil, ia mempermalukan ayah yang ia cintai pada acara pembagian rapot di semester berikutnya. Ikal terhempas dari garda depan, merosot ke peringkat 75. Pak Mustar menerjangnya dengan kata-kata yang menyayat, ditambah kemarahan Arai yang membuat dadanya sesak. Puncaknya adalah ketabahan sang ayah yang pendiam, yang selalu menganggap hari pembagian rapot anaknya adalah momentum penting dalam hidupnya. Ia mengenakan setelan terbaiknya dan mengendarai sepeda sejauh 30 kilometer demi  menerima rapot anaknya. Ia tidak pernah berkata apapun, selain mengucap salam dan tersenyum bangga. Semua itu, ditambah penyesalan yang amat sangat, mampu membuatnya bangkit lagi.

Di semester terakhirnya bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, Ikal berhasil membersihkan nama baik ayahnya, mempersembahkan kursi nomor tiga. Arai melejit naik menempati kursi nomor dua, tepat di samping kirinya, pujaan hati Arai bertengger, Nurmala tetap di posisi pertama sejak kelas sepuluh.

Berbekal tabungan hasil kerja sebagai kuli ngambat selama kurang lebih tiga tahun, ditambah masing-masing sebuah celengan penuh, pemberian dari Jimbron, Arai dan Ikal berangkat ke Jakarta. Mereka hanya memiliki dua petunjuk. Yang pertama adalah dari mualim kapten kapal Bintang Laut Selatan: tujulah Ciputat di Jakarta Selatan, tempat itu lumayan aman dibanding wilayah Jakarta lainnya. Yang kedua adalah wejangan kedua orangtuanya agar setiba di Jakarta mereka harus menemukan masjid terlebih dahulu. Namun, mereka malah terdampar di Bogor dengan pengetahuan sangat minim tentang kota itu.

Keberuntungan datang berbondong-bondong kepada dua petualang pencari ilmu ini. Mereka berhasil mencapai kompleks IPB, menemukan masjid, dan keesokan harinya menyewa kamar kontrakan di kawasan tersebut. Lebih dari itu, mereka berhasil memperoleh pekerjaan menjadi salesman. Namun, jiwa pekerja kasar yang melekat pada diri mereka bahkan selama tiga generasi sebelumnya tidak mampu ditransformasi seketika menjadi pedagang dalam masa percobaan satu bulan. Mereka kembali menganggur setelah diputuskan gagal menjadi salesman. Beruntung, salah satu sahabat mereka yang mempunyai usaha fotokopi merekrut keduanya.

Tawaran menjadi pegawai pos ternyata cukup menggiurkan. Namun prosesnya lumayan berat. Mereka harus menjalani beberapa test dan pelatihan fisik berbulan-bulan. Arai tersingkir pada test paru-paru, sedangkan Ikal melenggang maju hingga sukses menjadi pegawai pos bagian penyortiran surat. Tanpa sepengetahuan Ikal dan tanpa memberitahu alamat jelas, Arai bersama seorang temannya pergi ke Kalimantan untuk bekerja.

Ikal sangat lega karena akhirnya dapat mengenyam pendidikan lagi, tidak tanggung-tanggung, Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia. Di sumur ilmu yang kondang hingga berpuluh-puluh tahun berikutnya itu, Ikal bertemu Zakiah Nurmala. Sayang, Arai sedang tidak bersamanya.

Ikal baru saja lulus kuliah saat membaca pengumuman beasiswa strata dua yang diberikan Uni Eropa kepada sarjana-sarjana Indonesia. Ikal tidak sedetikpun melewatkan kesempatan berharga ini. Ia belajar jungkir balik demi mewujudkan mimpinya. Ia akhirnya berhasil melalui berbagai test panjang dan melelahkan, juga wawancara akhir. Saat itu, ia bertemu Arai kembali setelah berbulan-bulan berpisah. Arai juga mengambil kesempatan ini. Keduanya lalu memutuskan penantian hasil test akan mereka habiskan di kampung halaman,  Belitong.

Arai dan Ikal menemui sahabat lamanya, yang turut menyumbang dalam kesuksesan mereka hingga mencapai hari itu. Jimbron. Ia sukses merebut hati Laksmi dan membuat gadis itu tersenyum sepanjang waktu. Mereka kini mempunyai seorang anak berusia lima tahun. Arai dan Ikal lalu berkeliling kampung.

Dua amplop surat berisi keputusan hasil tes tiba di kediaman Bapak Seman Said Harun. Usai sholat Maghrib, Ikal dan kedua orangtuanya, arai ditemani foto alm. kedua orangtuanya, membuka suratnya masing-masing. Keduanya lulus tes dan berhak menerima beasiswa Uni Eropa, di Universitas yang sama, Universite de Paris, Sorbonne, Prancis.

 

Tanggapan

Novel “Sang Pemimpi” yang merupakan novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi ini benar-benar penuh inspirasi, tidak kalah mengagumkan dan menggugah dari novel karya Andrea Hirata sebelumnya. Bercerita tentang kehidupan tiga orang anak kampung dari kawasan PN Timah Belitong. Tiga pelajar perkasa yang begitu menghargai ilmu pengetahuan. Selain keterbatasan ekonomi, mereka memiliki kemauan tinggi dan dengan berusaha all out sekuat tenaga sekeras dan sekukuh baja, mengejar mimpi-mimpi yang terdengar sangat sumbang bila dipadukan dengan alunan kehidupan mereka yang membahana membuat hati miris.

Daya tarik pertama novel ini adalah bahwa novel “Sang Pemimpi” merupakan karya Andrea Hirata. Seorang Andrea Hirata, seperti dikatakan oleh Nicola Horner, adalah seorang seniman kata-kata. Ia memandang segalanya dari sudut pandang yang berbeda, tidak seperti orang kebanyakan. Dengan keahliannya dalam merangkai kata, ia mengemas dan menyajikan apa yang tampak dari matanya, menjadi sebuah suguhan yang sarat akan segala nilai plus.

Kedua. Andrea mendedikasikan novel best seller ini untuk sang ayah,  jelas tersurat dalam halaman v:

         “Untuk Ayahku Seman Said Harun, Ayah juara satu seluruh dunia”

 Juga dapat diketahui melalui salah satu bab khusus bertemakan kekagumannya pada sosok sang ayah, yaitu pada bab mozaik 8, Baju Safari Ayahku. Selain itu, dapat pula disimpulkan dari banyak kalimat maupun paragraf yang bertebaran di seluruh mozaik-mozaik dalam novel ini.

Ketiga. Buku ini mengandung banyak sekali inspirasi dan motivasi, hikmah yang dapat dipetik dengan mudah dari kisah-kisah yang disuguhkan. Semua yang mampu membakar semangat kaum muda dan kalangan pelajar. Salah satunya adalah,

         “Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!”

Banyak juga dikutip kata-kata yang berasal dari mulut-mulut para ahli, hasil pembelajaran selama hidup mereka,

         “Tidak semua yang dapat dihitung, diperhitungkan, dan tidak semua yang diperhitungkan, dapat dihitung!! Albert Einsten!! Fisikawan nomor wahid!”

Di tengah keterperosokan kaum muda bangsa dan menurunnya semangat persatuan karena beberapa budaya yang terlalu mendominasi kehidupan nusantara, serta kehidupan beragama yang semakin kalut, novel ini hadir bagai oase di tengah padang gurun yang beratus hektar luasnya. Jauh dari kesan menggurui, novel yang berhasil menerobos pasaran di dua puluh lima negara ini sanggup membuka mata batin kita semua mengenai arti penting ilmu pengetahuan. Baik pelajar maupun pengajar, harus berkomitmen tegas menanamkan kesadaran dan rasa hormat yang amat sangat kepada ilmu pengetahuan.

Melalui novel ini, para pembaca diajak menyadari akan betapa pentingnya arti bermimpi, bertujuan, bercita-cita, dan tekat serta keberanian untuk mewujudkannya.

 

Kelebihan Novel

Pada dasarnya, novel ini diangkat dari sebuah kisah yang luar biasa, dikemas secara luar biasa oleh pengarang yang luar biasa. Kisah sarat muatan moral, pendidikan, dan religi ini mampu menjadi inspirasi cemerlang bagi generasi muda Indonesia yang akhir-akhir ini mati angin.

Di masa-masa ini, ketika minat masyarakat untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar cenderung rendah, Andrea Hirata berhasil memperoleh tempat istimewa di hati para pembaca dengan menghadirkan sebuah novel berbahasa Indonesia baku. Itu karena sama sekali tidak ditemukan kekakuan dalam pembahasaan novelnya. Ia sukses menuntun pembaca menuju puncak pemahaman dengan potensi besar melahirkan motivasi sekuat baja, melalui alur cerita yang apik dan cerdas.

Kelihaian Andrea dalam mendeskripsikan latar yang mengangkat panji-panji kebudayaan tanah kelahirannya, lengkap dengan berbagai kondisi perekonomian, politik, sosial, dan aspek-aspek lain, memang patut diacungi jempol.

 

Kelemahan Novel

Cukup sulit menemukan kelemahan dari sebuah novel berkelas dengan rating mencapai bintang lima. Tapi kelemahan itu tetap ada, yaitu daftar glosarium yang terlalu banyak sehingga agak menyulitkan pembaca.

 

Kesimpulan

Sebagai peresensi, berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan novel ini, menilai bahwa novel ini baik untuk dijadikan bahan bacaan oleh semua kalangan karena sangat menarik dan banyak pelajaran yang dapat diambil.

 

 

Macam-Macam Majas (Rangkuman)

Majas adalah susunan kata yang terjadi karena perasaan yang hidup dalam hati penulis, sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan tertentu dalam hati.

  1. Metafora
  • Ialah majas perbandingan langsung. Yaitu membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya (meta + phoreo berarti perumpamaan, bertukar nama).

 Misalnya :

  • Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur. (ratu malam = bulan)
  • Jantung hatinya hilang tanpa berita. (jantung hati = kekasih, kesayangan)
  • Harimau = Raja Hutan
  • Bulan = Dewi Malaru
  1. Personifikasi
  • Ialah majas penjelmaan atau penginsanan. Yaitu melukiskan benda mati, bukan insan, tapi dianggap hidup, bergerak, dan berbuat seperti manusia.

Misalnya :

  • Nyiur melambai memanggil beta ke pantai.
  • Buih laut menjilat pantai.

(Melambai, menjilat, adalah perbuatan manusia)

  1. Asosiasi
  • Ialah majas perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.

Misalnya :

  • Mukanya bagai bulan penuh. (Bulan penuh bentuknya bundar. Jadi mukanya bundar.)
  • Telinganya telipok kayu. (Telipok kayu = daun teratai yang layu. Jadi telinganya besar, lebar, dan lembut.)
  1. Alegori
  • Ialah majas perbandingan yang lengkap atau perbandingan yang utuh, untuk melukiskan suatu maksud, dengan pemakaian serangkaian kiasan.

Misalnya :
Pengantin baru yang akan menghadapi kehidupan, sering dikiaskan sebagai pendayung perahu untuk pengantin pria, dan pemegang kemudi untuk pengantin wanita. Kehidupan ini diumpamakan lautan sebagai tempat yang harus dilalui atau diarungi.  Kesulitan yang dihadapi diumpamakan badai. Bila keduanya seia sekata dapat menjalankan perahu dengan baik, dan pemegang kemudi meluruskan jalannya perahu sebaik-baiknya, serta keduanya bekerja sama mengatasi semangat serangan topan sehingga perahu tidak karam, maka selamatlah mereka mencapai pantai yang dituju. Pantai yang dimaksud di sini ialah kehidupan yang bahagia.

  1. Parabel
  • Ialah majas pengiasan yang samar-samar. Yaitu mengiaskan maksud melalui uraian atau cerita secara samar-samar. Pembaca harus menelaah sedalam-dalamnya agar dapat mengerjakan maksud uraian cerita itu.

Misalnya :
Cerita Ramayana, melukiskan maksud bahwa yang benar itu akan terbukti kebenarannya. Cerita Bhagawat Gita mengandung ajaran hidup perlu dipedomani.

  1. Simbolik
  • Ialah majas pelambang yaitu melukiskan suatu benda dengan simbol atau lambang.

Misalnya :

  • Lintah darat harus dibasmi. (Lintah darat adalah lambang atau simbol dari tengkulak.)
  • Jangan percaya kepada buaya darat (Buaya darat adalah simbol atau lambang si hidung belang.)
  1. Tropen
  • Ialah majas kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.

Misalnya :

  • Berhari-hari ia terbenam dengan buku. (Kiasannya ialah ia tekun belajar)
  • Pikirannya melambung tinggi. (Kiasannya ialah memikirkan yang hebat-hebat)
  1. Metonimia
  • Ialah majas yang melukiskan arti mengkhusus karena tidak merupakan istilah tertentu dan telah bergeser dari arti semula.

Misalnya :

  • Minggu depan ia tukar cincin. (tukar cincin berarti bertunangan)
  • Ia dibawa ke meja hijau. (ke meja hijau berarti ke pengadilan)
  1. Litotes
  • Ialah majas untuk merendahkan diri dengan menyebutkan keadaan yang berlawanan.

Misalnya :

  • Mampirlah ke pondok kami. (Padahal rumahnya bukan pondok, melainkan rumah bagus.)
  • Makanlah seada-adanya. (Padahal yang dihidangkan makanan yang lezat-lezat.)
  1. Sinekdoke
  • Ialah majas yang menyebutkan sebagian tapi yang dimaksud adalah seluruh bagian (pars pro toto). Atau sebaliknya menyebutkan seluruh bagian tapi yang dimaksud adalah sebagian saja (totem pro parte).

Contoh pars pro toto :

  • Bapak Gubernur membangun Gelanggang Remaja. (Yang membangun adalah semua pekerjanya.)
  • Rudy Hartono memenangkan Thomas Cup. (Yang memenangkan Thomas Cup adalah Tim Thomas Cup kita.)

Contoh totem pro parte :

  • Sekolah kami memenangkan pertandingan itu. (Yang menang sesungguhnya hanya yan bertanding saja.)
  • Warga kota menyambut kedatangannya. (Yang menyambut hanya sebagian warga kota saja, tidak semuanya.)
  1. Eufimisme
  • Ialah majas pelembut atau pemali. Yang pemakaian kata-kata halus sebagai ganti kata-kata yang dianggap kasar, kurang sopan, atau tabu.

Misalnya :

  • Saya akan ke belakang sebentar. (Ke belakang maksudnya ke kamar kecil atau WC.)
  • Pohon itu ada penghuninya. (Penghuni yang dimaksud ialah roh halus.)
  1. Hiperbola
  • Ialah majas yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu, atau meluarbiasakan sesuatu.

Misalnya :

  • Kamu ini berkepala batu. (Tidak mungkin kepalanya batu. Yang dimaksud ialah keras kepala.)
  • Harga barang-barang melangit tempo hari. (Tidak mungkin membumbung ke langit. Yang dimaksud adalah sangat mahal.)
  1. Alusio
  • Ialah majas pemakaian karmina atau pantun kilat yang tiidak diselesaikan, untuk menyampaikan maksud yang tersembunyi.

Misalnya :

  • Sudah gaharu cendana pula. (Maksudnya : Sudah tahu bertanya pula.)
  • Kura-kura dalam perahu. (Maksudnya : Pura-pura tidak tahu.)
  1. Antonomasia
  • Ialah majas gelaran atau julukan terhadap seseorang.

Misalnya :

  • Si Kancil membual. (Disebut si Kancil karena badannya kecil.)
  • Pak Pandir termasuk cerita yang menarik. (Disebut Pak Pandir karena ia seorang bapak yang pandir atau bodoh.)
  1. Perifrasis
  • Ialah majas perbandingan dengan jalan mengganti sebuah kata dengan gabungan kata (frase) yang sama arti dengan kata tersebut.

Misalnya :

  • Ketika matahari masuk ke peraduan barulah ia tiba. (Matahari masuk ke peraduan maksudnya waktu senja.)
  • Banyak orang yang tidak dapat menguasai dirinya. (Tidak dapat menguasai diri adalah perifasis kata emosi.)

 

**

Majas Sindiran

  1. Ironi
  • Ialah majas sindiran halus.

Misalnya :

  • Banyak benar uangmu. (Padahal uang orang yang diajak bicara tidak seberapa.)
  • Bagus benar tulisanmu. (Padahal tulisan orang intu tidak seberapa bagus.)
  1. Sinisme
  • Ialah majas sindiran yang tajam.

Misalnya :

  • Sakit telingaku mendengarkan suaramu menyanyi. (Secara jelas diungkapkan bahwa suaranya tidak enak didengar.)
  • Sepanjang hari makan saja kerjamu. (Menyindir secara tajam orang yang sering makan.)
  1. Sarkasme
  • Ialah majas sindiran yang sangat kasar. Sudah bersifat mencemooh bahkan kadang-kadang sudah bersifat kutukan.

Misalnya :

  • Cis! Jijik saya melihat kamu!
  • Mau mampus, mampuslah kau, tidak mau mendengarkan nasihat orang.

***

Majas Pertentangan

  1. Paradoks
  • Ialah majas pertentangan dengan pengungkapan sesuatu seolah-olah berlawanan tetapi ada logikanya.

Misalnya :

  • Di kota yang ramai ia merasa kesepian. (Mungkin ia merasa sedih karena berpisah dengan kekasihnya.)
  • Hartanya banyak tetapi ia miskin. (Mungkin karena ia terlalu hemat.)
  1. Antitesis
  • Ialah majas pertentangan dengan penggunaan kata-kata yang berlawanan arti, untuk menghidupkan pernyataan.

Misalnya :

  • Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan berduyun-duyun datang ke tanah lapang.
  • Hujan panas, siang malam, pagi sore tak henti-hentinya mencari barang yang hilang itu.
  1. Kontradiksio Interminis
  • Ialah majas pertentangan dengan jalan menggunakan sebuah kata yang berlawanan arti dengan kata yang dipakai terdahulu.

Misalnya :

  • Semua buku telah disampul, hanya buku sejarah yang belum.
  • Saudara-saudaranya telah hadir semua, kecuali adiknya.
  1. Anakronisme
  • Ialah majas pertentangan dalam uraian yang tidak sesuai dengan keadaan zamannya.
  • Misalnya dalam cerita Tambera yang mengucapkan kata-kata sastra kepada Wadela. Kata-katanya ini bertaraf Pujangga Baru (tahun 1933). Padahal cerita itu mengisahkan keadaan tahun 1600 di pulau Banda.

***

Majas Penegasan

  1. Pronanisme
  2. Repetisi
  3. Paralelisme
  4. Klimaks
  5. Anti Klimaks
  6. Elipsi
  7. Retolis
  8. Numerasio
  9. Koreksio
  10. Eklamasi
  11. Interupsi
  12. Asidenton
  13. Pratento
  14. Polisidenton

Should There Be More Contraception Advertisement?

 

Contraception is known as a way to prevent pregnancy and to control birth. Kinds of contraception are birth control pills, IUD (Intra Uterine Device), contraceptive implant, contraceptive sponge, contraceptive foam, cervical cap, condoms, and so on. Each of it has advantages and disadvantages that married couples should know. They have to know that some contraception is not only useful to control birth but also can improve health, stabilize cycle menstruation, decrease the death rate of woman died in bear process, and even can cure sexual diseases.

One of contraception program that familiar to Indonesian people is KB (Keluarga Berencana) or Family Planning. It is a governmental program to help married couples to plan birth with aims to decrease birth rate in Indonesia. It was proven to be successful in about 1990. At that time, the advertisement of KB is frequently shown in television, with tagline “Two children is enough”. Nowadays, the number of people using KB is decreasing. Government is trying to increase it again since years-ago experience that KB is really helpful.

In my opinion, the publication of contraception is needful to give information about the advantages of using it. But, the idea and visualization of contraception advertisement should be created wisely, without any image or talk that can cause unpleasant feeling because Indonesian people live in a culture which is consider improper to see or talk about  ‘adult’ things like contraception in front of the public, especially in front of children.

Therefore, there should be more contraception advertisement that give more info and explaining about the benefits of a contraception in a medical way without any improper talk and visualization so that people can see it is medically useful. The product of contraception should be qualified with standard so that it can be advertised. The show of advertisement in public media like television or radio should be not too often. The using of magazine media is more preferred, especially women magazine, men magazine,s and health magazine.

Should the Capital City of Indonesia: Jakarta be Moved?

When we talk about Jakarta as the capital city, actually it was chosen spontaneously because Jakarta was the trade center area during colonization. It was a port of call for the merchants from all over the world, also a temporary station for the spices from Maluku before they were carried to Europe, and that is all the consideration about. It was a rainy day where a quick decision needed to be taken and Jakarta was the best candidate at that moment.

1969Monas

Now, after sixty-eight years, by taking a look to this capital city, a bit longer and closer than usual, isn’t it become clearer that Jakarta is a failed option, and Indonesia still has other city to choose rather than Jakarta?

Let us think about it. Indonesia as a big archipelago country can’t have a capital city which is also a place to live by 10 billion people, located too far to the west part which is beyond the reach of someMasalahJakarta Indonesian people, susceptible to floods, suffered from very bad traffic jam, overpopulation, pollutions, criminality and corruption, like Jakarta. I think there are just too much here in Jakarta, the whole central government and every big companies and industries, with proletar and the masses fill every gaps and spaces. This dying city is no longer a place to be the capital of Indonesia, it should be moved.

Well, we need a kind of capital city which is at least not a center of everything. Let see some precedents: Netherlands has Amsterdam as the capital city but The Hague is where the seat of government and embassies are; The City of Manila is the capital city of Philippines, but Metro Manila is the seat of government; and in Benin, Porto-Novo is the capital city, but Contonou is the seat of government.pindah-rumah-272x300

In my opinion, it will be better if we follow their track. Therefore, let us make no change to Jakarta but let it be a city of economy and business, while we look for a new one as the capital city of Indonesia where all the central government will be located.

Movie Review: “We Bought a Zoo”

We Bought a Zoo is an inspiring based-on-a-true-story movie directed by Cameron Crowe. It is about a broken man named Benjamin Mee, starred by Matt Damon, who just lost his wife, left with a little daughter and a son, then decided to change his life. Do not try to guess how the story will goes nor judge this is a bored movie, because it is not like those run-of-the-mill stories with the same flow. What makes it great is Mr. Mee’s idea of chuck everything all and buy a zoo, try to deal with something extremely new and different just to forget the feeling of losing.

The movie was set on February 2010 when Mr. Mee and his children move from Los Angeles to their new home in a Southern California rural which is also a zoo that has been closed not so long ago. In real life, the area where the movie took place is not a real zoo, but a ranch that for film making reason is modified into fictional zoo, the Rosemoor Wildlife Park. The main part of the story is the long part abtumblr_mm4t1s4de81qmxasjo4_250out their new life after moving.

Mr. Mee, before these all happened, was an adventurous man that had been through many amazing journey. He never planned of this, nor thought about being a zoo owner. These all happened very suddenly. His wife’s death made it hard to stay in town because every single inch of it reminded him to her. Every time he overwhelmed played his role as single parent, it reminded him to her.

Dylan Mee, his fourteenth years old son was expelled from school because he stole money and drew a dark picture of lurid death as his art project. Both Dylan, who is starred by Colin Ford, and his father, were in their hardest time. The difference was just Mr. Mee wanted to move but Dylan wanted to stay.

Mr. Mee decided to look for new place, accompanied by his daughter Rossie. The criterion was a house with a large green btumblr_mxemcnkxg51su3e8xo2_250ackyard, which is hard to be found in city and finally come to the last option, the house in suburb with 18 hectares yard. They both fell in love with the house. But by knowing the place is actually a zoo, Mr. Mee almost lost his feeling. The only reason he took that decision was her fussy but adorable little girl, Rossie. She was looked very happy with that place. Besides, Rossie’s smile was the only thing that can heal him.

Mr. Mee was conscious of what then became his duty as the owner of the place. He had to fix it. Over all, it was a zoo. People loved zoo. That zoo could earn him money. So he made some plans, involved the role of five zoo keepers that have been there since years ago. They knew the place very well and knew etumblr_mm4t1s4de81qmxasjo1_250xactly what to do with it. They were head of zoo keeper Kelly Foster, starred by Scarlet Johansson, Robin Jones the gardener, Peter MacCready the visionary, Lily Miska, and Rhonda Blair who manage financial and the contacts. They had many works to do, animals’ name posts, enclosures expedience, animals’ health, and a lot more to make Walter Ferris, the unfriendly perfectionist inspector, willing to approve the zoo permission.

Although Dylan did not want to give his hand, they still could handle everything, but money is always the biggest problem. Yet, there is always a way. He found it out later but not too late that his wife, Katherina, left him a really big sum of money. His brother, Duncan Mee, gave support too.tumblr_mmhgu2EMM81rixv9zo1_500

Everyone was happy and sure that everything was going to be okay, the zoo would survive. Even Dylan himself, his drawing changed more bright, Dark Age was over. After some words fighting against his dad, the relationship turned better. It became more clearly when the two of them sitting together in front of Spar the tiger and talk about love, it was hilarious but sweet. All they need was just talking to each other a bit more often.

Inspection went well, some bad incident happened but it was handled before Walter Ferris know. He had several reasons not to approve the opening, but he was in good mood, so he decided to approve it. On July 7th, 2010, people in big crowd came to the zoo opening. Everyone’s dreams became true. The end of the film is Benjamin Mee and Kelly Foster admitted to each other that they were in love.

tumblr_mxemcnkxg51su3e8xo7_250

Visualization of this film supports the story in a good way. The picture quality is good. Color and bright setting is also good. The great visualization can be seen more clearly in my favorite scene in the 00:17:20. The car rode up the green yard, the wood fence in the right and left are like saying welcome greetings, sunbeams come through the tip of tree leaves. After the sunbeams is another proof of a very good angles choosing that pictured the walking Rossie from the back, makes that little girl looks taller and elegant, like a charismatic woman.

The beautiful soundtracks that mostly folk music is played in every cute moments, makes everything more real and come alive. Jonsi’s “Gathering Stories” that played so often is memorable, brings back the sensation of watching this movie every time I hear that song again in any occasion.

Another unforgettable scene from this movie is the opening narration by Dylan which is starred by Colin Ford. The narration actually told everything, Dylan tried to make everyone sure about this: even a great adventurous man, like his dad, might not have any idea how to take care of the children in a way that a mother will does, because those two are totally different.

This is the perfect movie I recommended to you to watch together with your family or friends. It has the power to emotionally bring love and hope in entertain and enjoyable way.

Why Don’t We Eat Bugs?

Bugs are insects, usually the little one, that threatened differently in any parts of the world. In some place like Thailand, Mexico, China, Brazil, Australia, and Japan, over 1.000 kinds of bugs are known as daily food. Bugs are eaten by people in 80% of the world’s nations, and even the eating bugs behavior already named with a good brilliant name, Entomophagy. binary-viewer

Those huge facts still can’t make bugs to be famous as food, instead a “bugged” animals that have no fans. But, these are some reasons why I want to be a “fan” of bugs.

The first reason why we should eat bugs is that the food made by bugs are delicious and nutritious, which are good for our taste and good for health. The bugs have this number one reason to be a food that everyone will like.

tumblr_lyqggphl331qfrwv9o1_500Look at these bugs food menu that mentioned as most delicious food from insects: cheese with cheese fly larvae, dried mopane caterpillars with onions, boiled wasp, fried ants, water bugs in oil, grasshoppers with avocado, dragonflies in coconut milk, and bedbugs with chicken liver pate. Aren’t they sound like delicacies? There are also many recipes to make delicious foods from bugs in easy way, and how to get bugs is not too difficult. Just go to the forest or large field to catch them alive, or buy them in bugs stocks.

If the thought -that bugs are delicious- sounds weird and crazy, then how about this: bugs contain more protein than beef, than fish! Bugs are also low-fat, contained more minerals, vitamins, fibers, and mineral-iron. Since mineral-iron is now a big problem in this world, eating bugs which is not expensive, can be a solution for food and health matters!Ento-Efficiency

At last, what makes bugs better than any animals to eat, is the easiness to farm and its eco-friendly. Bugs farming does not need much space, only a little place or aquarium, even it can be done at home. It also does not required many foods and waters, just simple and easy feeding which also leads to low green-gases produce. The fast harvest make it be potential to solve world’s food problem in developing country.

With all those great reasons, why do not we eat bugs?

JADI WEASLEY SEMALAM

          Aku termenung di tengah luasnya lapangan rumput, memandang bangunan tua di depanku. Bangunan ini terlihat usang, namun tetap anggun dengan gaya Eropa kuno. Samar-samar kulihat tiga jelmaan tongkat peniup gelembung sabun dalam ukuran raksasa jauh di sebelah timur bangunan. Kualihkan pandanganku pada pohon besar yang bergerak dengan dahsyatnya oleh semilir angin senja. Tidak! Bukan oleh semilir angin senja, tapi oleh seekor burung hantu. Tampaknya pohon itu tengah bermain dengan burung hantu yang singgah sebentar demi melepas lelah setelah terbang seharian itu. Semua ini rasanya tidak asing bagiku.

tumblr_mr54415dOi1sdne9ro2_r2_500

          Jeritan bagai lengkingan kuda mengamuk di belakangku membuatku tersentak. Kuputuskan untuk menoleh, dan aku yakin mengenal orang yang menjerit tadi. Dia Ronald Weasley, dan dua orang yang mengapitnya, Harry Potter dan Hermione Granger. Mendadak aku ingat semuanya. Bangunan tua itu tak lain adalah Hogwarts, sekolah sihir ternama di dunia. Tiga tiang itu bukan jelamaan tongkat peniup gelembung sabun, melainkan gawang Quidditch. Pohon besar itu pasti Dedalu Perkasa. Dan, burung hantu tadi bukan sedang bermain dengan pohon Dedalu Perkasa, bukan “bermain” tapi “dimangsa”. Burung hantu itu Errol, burung hantu Ron. Oh, pantas saja Ron menjerit begitu merdunya. Tidak dapat dipercaya! Hermione memanggilku dan mengajakku bergabung dengannya menuju Hogwarts. Bahkan mereka tak memanggilku “Muggle” saja aku sudah sangat heran. Kuhilangkan semua keherananku dan aku mengikuti langkah kaki trio Gryffindor yang sudah makin dekat dengan pintu kastil yang terbuka lebar itu.

          Bangunan ini lebih megah, lebih luas, dan tentu saja lebih ajaib dari yang kukira. Tiba-tiba saja aku merasa sangat butuh “Peta Perampok” agar tidak tersesat dan tidak ditelan kastil tua ini, mengingat luasnya yang tiada terkira. Tidak heran, pendiri bangunan ini, Godric Gryffindor, Helga Hufflepuff, Rowena Ravenclaw, dan Salazar Slytherin adalah penyihir terhebat di masanya. Ingatanku melayang sampai ke sejarah Hogwarts, seakan Madam Bathilda Baghsot, sang pengarang buku-buku Sejarah Sihir itu berada di sampingku dan menguraikan seluruh isi buku-bukunya.

          Setelah melewati beberapa tangga yang bergerak berhubungan satu sama lain, kami menaiki tangga spiral yang membawa kami dalam menara ini, menara Gryffindor.

          Begitu banyak anak-anak, baik yang seusiaku, yang lebih muda dan yang lebih tua dariku. Mereka, bukan! Kami semua berpakaian aneh. Bahkan aku baru menyadari bahwa aku mengenakan semacam jubah hitam panjang dengan topi kerucut menggantung di jubah belakangku. Lambang Gryffindor melekat di jubahku. Aku semakin heran saat mengetahui bahwa aku sekamar dengan Hermione. Dan kami rupanya cukup akrab.

          “Oh, Flaurnd. Saudara kembarmu pasti sangat sedih karena kehilangan Errolnya. Hogwarts pasti lupa memberi makan Dedalu Perkasa.” Desah Hermione, turut bersedih atas kejadian yang menimpa Ron ini. Aku terkesima, Ron saudara kembarku? Baguslah Hermione memanggilku Flaurnd. Itu memang nama samaranku.

          “Hermione, apa dalam buku-buku yang pernah kau baca tidak tercantum bahwa Hogwarts tidak memberi makan Dedalu Perkasa?” Kataku, meralat pernyataan Hermione sebelumnya.

          “Mungkin aku melewatkan bagian itu. Pohon itu tampaknya terganggu penglihatannya sehingga tak bisa membedakan mana mangsa, mana sahabat.” Hermione mengeluarkan argumen barunya.

          “Yeah, seharusnya ia sadar bahwa Errol sedang tersesat karena kecerobohannya, lalu menawarkan Errol sedikit hidangan. Astaga! Dia mungkin bahkan tidak punya mata. Aku tidak ingat pernah melihat mata Dedalu Perkasa.” Komentarku yang rupanya cukup pedas, sehingga Hermione memelototiku.

          “Oh, tidak! Jangan memandangiku seperti itu! Baiklah, kuberitahu, Errol adalah burung hantu yang sangat ceroboh dan mungkin tiap helai bulunya mengundang malapetaka baginya. Menurutku, kematian dapat menyudahi segala penderitaannya. Sudahlah, Dad pasti akan membelikan burung hantu baru untuknya.” Aku berusaha meyakinkan Hermione.

          “Mungkin kau benar.” Kata Hermione pasrah.

          “Sekarang cepat bersiap, pesta penyeleksian asrama akan segera dilakukan. Tentunya kau tak ingin melewatkan kesempatan ini.” Hermione mengangguk, menyetujui usulku.

          Setelah siap, kami segera menuju Aula Besar. Ron dan Harry sudah duduk manis disana, dan mereka menyiapkan tempat untuk kami. Sementara itu, Profesor McGonagall bersama Topi Seleksi memasuki Aula Besar.

          “Flaurnd, Ginny, Fred, George, apakah kalian yakin Dad akan membelikanku burung hantu pengganti Errol?” Tanya Ron, suaranya terdengar gelisah dan putus asa.tumblr_mzuc8agHy71qboijko1_500

          “Mustahil! Berharap saja Percy, Bill, atau Charlie, akan berbaik hati meminjamkan burung hantunya kepadamu.” Ucap Fred dan George hampir bersamaan.

          “Yah, inilah takdir, Ron! Seperti kata-katamu, jika kau memiliki 7 saudara dan keadaan keluargamu bisa dibilang cukup terpuruk, kau tak akan memiliki barang baru!” Ginny memberi pendapatnya, sambil meniru gaya bicara Ron. Fred dan George tertawa bersama dan mengerling Kau-Hebat ke arah Ginny.

          “Mengapa tidak? Dad pasti mengerti kau butuh peliharaan seperti burung hantu, dan menurutku Errol tidak layak disebut burung hantu. Anggap saja selama ini kau tak pernah punya burung hantu. Kau boleh pakai burung hantuku, Wedlucky, kapanpun kau mau.” Pendapatku merubah raut muka Ron. Kini, ia agak cerah. Aku senang dengan perubahan itu, menurutku, Fred, George, dan Ginny, terlalu berlebihan.

          “Dan aku kira, pendapat Flaurnd yang paling tepat. Mungkin karena kalian adalah saudara kembar. Bagaimana menurutmu, Harry?” Hermione menambahkan.

          “Kurasa pendapat Flaurnd ada benarnya.” Harry memihak padaku juga.

          “Hey Ron! Maukah kau kubelikan burung hantu baru? Setidaknya kau tidak perlu menyusahkan Ayahmu. Aku yakin, Arthur Weasley perlu menjual rumahnya untuk membelikanmu pengganti Errol.” Celetuk Draco Malfoy, disambut gelak tawa Crabe dan Goyle. Wajah Ron merah padam, begitupun Ginny, Fred, George, dan aku.

         “Terima kasih atas kebaikanmu, Malfoy. Tapi, sebaiknya, tabunganmu kau gunakan baik-baik. Kau lebih memerlukannya, mungkin untuk membeli kuali baru.” Kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulutku. Kini keadaan berbalik. Malfoy menatapku tajam, lalu menyeringai penuh sindiran.

          “Oh, sudahlah! Kau seperti tak kenal siapa Malfoy! Tahun ini, murid baru di Hogwarts sebagian besar berasal dari Asia.” Hermione mengalihkan topik. Senyum jahil di wajah Fred dan George mengembang.

            “Wow!” Seru keduanya kompak.

            “Fred!” Panggil George.

            “George!” Panggil Fred.

            “Buat mereka tahu siapa kita sebenarnya!” George melanjutkan.

     “Hapuskan penasaran mereka, eksperimen 9.985 sebelum kita meninggalkan Hogwarts!” Tambah Fred.

            “Mari kita beraksi!” Keduanya kompak mengakhiri.

      Fred dan George berjalan menghampiri beberapa siswa baru bertampang Asia yang masuk asrama Gryffindor. Keduanya menghentikan langkah tepat di depan seorang siswa berkacamata bulat seperti Harry Potter, ia memakai jubah yang sangat besar. Fred mengedipkan mata kepada George, kemudian merogoh kantongnya.

         “Hai, kau siswa baru di Hogwarts? Dan, lihatlah! Wajahmu sangat mirip dengan calon adik ipar kami, Harry Potter, dengan kacamata itu.” Sapa Fred kepada siswa baru tersebut.

         “Ya. Namaku Euan Abercrombie. Aku sangat mengidolakan Harry Potter, kau tahu! Karena itulah aku rela mengenakan pakaian lusuh Ayahku ini, agar uangnya dapat dibelikan kacamata seperti milik Harry Potter.” Jelas Euan bangga.

          “Wah, kalau begitu kebetulan! Kau akan kami kenalkan dengan Harry, janji! Asalkan kau tidak menolak permen-petir kami. Dan, perlu kau tahu, permen ini dapat membuatmu memiliki tanda sambaran petir seperti Harry. Kau tertarik?” Tawar George sambil menyodorkan sekotak permen.

            “Oh, tentu saja aku ingin membeli semuanya. Namun, seperti yang kukatakan, aku tidak punya cukup banyak uang.” Ucap Euan, menunduk sedih.

            “Tidak usah khawatir.” Hibur Fred.

            “Oh, kita berasal dari latar belakang keluarga yang sama.” George mengambil alih.

            “Jangan merendah, George! Ayolah, ini gratis, kawan!” Potong Fred.

        “Baiklah, aku tidak mampu menolaknya. Permen ini terlalu menggoda.” Euan mengambil satu, kemudian tanpa ragu-ragu memasukkan permen itu ke mulutnya.

            “Lihatlah apa yang terjadi George!” Ajak Fred.

        Seketika itu juga, rambut Euan terbagi 4 bagian, dan tiap bagian membentuk sambaran petir. Begitupun jari-jarinya, tangannya, kakinya, dan di segala bagian tubuhnya, terdapat tanda sambaran petir.

        “Wow, kau punya banyak sekali tanda sambaran petir. Kau jauh terlihat seperti Harry, sekarang.” Fred tersenyum puas memandang kelinci percobaannya.

         “Rupanya kita salah meracik ramuannya. Lihatlah tangannya, rambut, dan kakinya.” Ujar George kepada Fred.

      “Aaaaaaaaaaaaa! Hentikan lelucon gila ini! Ini mengerikan!” Euan memekik keras.

         “Weasley!” Bentak Profesor Minerva McGonaggal.

      “Baiklah, professor. Kami akan menunggumu di ruanganmu.” Ucap George dan Fred bersamaan.

         “Baguslah kalau kalian mengerti! Aku tidak tahu lagi bagaimana cara mengatasi kenakalan kalian! Pergilah, dan tunggu aku disana!” Profesor McGonaggal berkata, dari nadanya, ia terlihat marah besar. Bagaimana tidak? Hari bersejarah ini dicemari oleh sang kembar I Weasley.

           Acara penyeleksian siswa baru berlanjut lagi. Kali ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mungkin karena Fred dan George sudah diamankan. Beberapa lama kemudian, acara selesai. Dean Thomas, yang kini menjabat sebagai Prefek Gryffindor menggantikan Percy Weasley, memimpin barisan kelas satu menuju Ruang Rekreasi Gryffindor. Dean penerus yang baik, setidaknya lencana prefeknya tidak terlalu terlihat mengkilap, artinya ia tidak membersihkan lencana prefeknya setiap hari.

          “Flaurnd, saudara kembarmu sungguh gila!” Seru Hermione diantara bisingnya ruang Gryffindor.

        “Apa aku maksudmu? Baiklah, aku gila. Dan secepatnya aku akan segera menyusul kedua orangtua Neville di St. Mungo.” Jawab Ron, tersinggung. Ron memang sangat mudah tersinggung. Hermione terpaku, menyesal akan kata-katanya.

      “Aku yakin bukan kau maksud Hermione. Fred dan George juga saudara kembar kita, kuharap kau tidak berniat melupakan kenyataan itu. Dan kau tahu tadi apa yang mereka lakukan?” Aku menyanggah Ron, sekaligus menghibur Hermione.

       “Ya. Permen-petir, eksperimen 9.985 sebelum meninggalkan Hogwarts. Sudah kukatakan, mereka berdua gila.” Sahut Ron, tidak marah lagi.

            “Mereka lebih cocok berada di St. Mungo dibanding kau, Ron.” Ucap Hermione.

            “Ya, kau benar Hermione.” Ron membenarkan.

         “Aku mau ke kamar. Bye Ron, Bye Hermione. Selamat bersenang-senang!” Aku sangat letih dan ingin istirahat. Kunaiki tangga menuju kamarku, namun kemunculan Peeves yang tiba-tiba dan penuh kejutan benar-benar mengagetkanku. Aku terdorong ke belakang, dan aku merasa ringan sejenak. Kemudian, tubuhku membentur “sesuatu” seperti lantai, dan aku membuka mataku.

        Aku terbelalak. Tidak mempercayai penglihatanku. Kukucek mata demi memperjelas semuanya. Dan, semua tetap tampak sama. Ini kamarku, bukan Ruang Rekreasi Gryffindor. Rupanya semua hanya mimpi. Kualihkan pandanganku menuju jam dinding yang terpajang di kamarku, lalu berkata, “Celaka, aku terlambat!”.

Link

Nomadic Ages are over!

Dear Everyone!

Dengan ter-published-nya tulisan pertama ini, secara resmi saya berhenti bernomaden dan ingin memulai kehidupan menetap disini.

Sebenarnya sudah punya “rumah” di tumblr.com —> Quirky Folker tapi rasanya perlu ada rumah kedua untuk posting-an yang lebih serius (baca: tugas-tugas semasa kuliah dan sekolah dulu). Bisa dibilang yang wordpress ini “rumah dinas” saya, hehehe.