Macam-Macam Majas (Rangkuman)

Majas adalah susunan kata yang terjadi karena perasaan yang hidup dalam hati penulis, sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan tertentu dalam hati.

  1. Metafora
  • Ialah majas perbandingan langsung. Yaitu membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya (meta + phoreo berarti perumpamaan, bertukar nama).

 Misalnya :

  • Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur. (ratu malam = bulan)
  • Jantung hatinya hilang tanpa berita. (jantung hati = kekasih, kesayangan)
  • Harimau = Raja Hutan
  • Bulan = Dewi Malaru
  1. Personifikasi
  • Ialah majas penjelmaan atau penginsanan. Yaitu melukiskan benda mati, bukan insan, tapi dianggap hidup, bergerak, dan berbuat seperti manusia.

Misalnya :

  • Nyiur melambai memanggil beta ke pantai.
  • Buih laut menjilat pantai.

(Melambai, menjilat, adalah perbuatan manusia)

  1. Asosiasi
  • Ialah majas perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.

Misalnya :

  • Mukanya bagai bulan penuh. (Bulan penuh bentuknya bundar. Jadi mukanya bundar.)
  • Telinganya telipok kayu. (Telipok kayu = daun teratai yang layu. Jadi telinganya besar, lebar, dan lembut.)
  1. Alegori
  • Ialah majas perbandingan yang lengkap atau perbandingan yang utuh, untuk melukiskan suatu maksud, dengan pemakaian serangkaian kiasan.

Misalnya :
Pengantin baru yang akan menghadapi kehidupan, sering dikiaskan sebagai pendayung perahu untuk pengantin pria, dan pemegang kemudi untuk pengantin wanita. Kehidupan ini diumpamakan lautan sebagai tempat yang harus dilalui atau diarungi.  Kesulitan yang dihadapi diumpamakan badai. Bila keduanya seia sekata dapat menjalankan perahu dengan baik, dan pemegang kemudi meluruskan jalannya perahu sebaik-baiknya, serta keduanya bekerja sama mengatasi semangat serangan topan sehingga perahu tidak karam, maka selamatlah mereka mencapai pantai yang dituju. Pantai yang dimaksud di sini ialah kehidupan yang bahagia.

  1. Parabel
  • Ialah majas pengiasan yang samar-samar. Yaitu mengiaskan maksud melalui uraian atau cerita secara samar-samar. Pembaca harus menelaah sedalam-dalamnya agar dapat mengerjakan maksud uraian cerita itu.

Misalnya :
Cerita Ramayana, melukiskan maksud bahwa yang benar itu akan terbukti kebenarannya. Cerita Bhagawat Gita mengandung ajaran hidup perlu dipedomani.

  1. Simbolik
  • Ialah majas pelambang yaitu melukiskan suatu benda dengan simbol atau lambang.

Misalnya :

  • Lintah darat harus dibasmi. (Lintah darat adalah lambang atau simbol dari tengkulak.)
  • Jangan percaya kepada buaya darat (Buaya darat adalah simbol atau lambang si hidung belang.)
  1. Tropen
  • Ialah majas kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.

Misalnya :

  • Berhari-hari ia terbenam dengan buku. (Kiasannya ialah ia tekun belajar)
  • Pikirannya melambung tinggi. (Kiasannya ialah memikirkan yang hebat-hebat)
  1. Metonimia
  • Ialah majas yang melukiskan arti mengkhusus karena tidak merupakan istilah tertentu dan telah bergeser dari arti semula.

Misalnya :

  • Minggu depan ia tukar cincin. (tukar cincin berarti bertunangan)
  • Ia dibawa ke meja hijau. (ke meja hijau berarti ke pengadilan)
  1. Litotes
  • Ialah majas untuk merendahkan diri dengan menyebutkan keadaan yang berlawanan.

Misalnya :

  • Mampirlah ke pondok kami. (Padahal rumahnya bukan pondok, melainkan rumah bagus.)
  • Makanlah seada-adanya. (Padahal yang dihidangkan makanan yang lezat-lezat.)
  1. Sinekdoke
  • Ialah majas yang menyebutkan sebagian tapi yang dimaksud adalah seluruh bagian (pars pro toto). Atau sebaliknya menyebutkan seluruh bagian tapi yang dimaksud adalah sebagian saja (totem pro parte).

Contoh pars pro toto :

  • Bapak Gubernur membangun Gelanggang Remaja. (Yang membangun adalah semua pekerjanya.)
  • Rudy Hartono memenangkan Thomas Cup. (Yang memenangkan Thomas Cup adalah Tim Thomas Cup kita.)

Contoh totem pro parte :

  • Sekolah kami memenangkan pertandingan itu. (Yang menang sesungguhnya hanya yan bertanding saja.)
  • Warga kota menyambut kedatangannya. (Yang menyambut hanya sebagian warga kota saja, tidak semuanya.)
  1. Eufimisme
  • Ialah majas pelembut atau pemali. Yang pemakaian kata-kata halus sebagai ganti kata-kata yang dianggap kasar, kurang sopan, atau tabu.

Misalnya :

  • Saya akan ke belakang sebentar. (Ke belakang maksudnya ke kamar kecil atau WC.)
  • Pohon itu ada penghuninya. (Penghuni yang dimaksud ialah roh halus.)
  1. Hiperbola
  • Ialah majas yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu, atau meluarbiasakan sesuatu.

Misalnya :

  • Kamu ini berkepala batu. (Tidak mungkin kepalanya batu. Yang dimaksud ialah keras kepala.)
  • Harga barang-barang melangit tempo hari. (Tidak mungkin membumbung ke langit. Yang dimaksud adalah sangat mahal.)
  1. Alusio
  • Ialah majas pemakaian karmina atau pantun kilat yang tiidak diselesaikan, untuk menyampaikan maksud yang tersembunyi.

Misalnya :

  • Sudah gaharu cendana pula. (Maksudnya : Sudah tahu bertanya pula.)
  • Kura-kura dalam perahu. (Maksudnya : Pura-pura tidak tahu.)
  1. Antonomasia
  • Ialah majas gelaran atau julukan terhadap seseorang.

Misalnya :

  • Si Kancil membual. (Disebut si Kancil karena badannya kecil.)
  • Pak Pandir termasuk cerita yang menarik. (Disebut Pak Pandir karena ia seorang bapak yang pandir atau bodoh.)
  1. Perifrasis
  • Ialah majas perbandingan dengan jalan mengganti sebuah kata dengan gabungan kata (frase) yang sama arti dengan kata tersebut.

Misalnya :

  • Ketika matahari masuk ke peraduan barulah ia tiba. (Matahari masuk ke peraduan maksudnya waktu senja.)
  • Banyak orang yang tidak dapat menguasai dirinya. (Tidak dapat menguasai diri adalah perifasis kata emosi.)

 

**

Majas Sindiran

  1. Ironi
  • Ialah majas sindiran halus.

Misalnya :

  • Banyak benar uangmu. (Padahal uang orang yang diajak bicara tidak seberapa.)
  • Bagus benar tulisanmu. (Padahal tulisan orang intu tidak seberapa bagus.)
  1. Sinisme
  • Ialah majas sindiran yang tajam.

Misalnya :

  • Sakit telingaku mendengarkan suaramu menyanyi. (Secara jelas diungkapkan bahwa suaranya tidak enak didengar.)
  • Sepanjang hari makan saja kerjamu. (Menyindir secara tajam orang yang sering makan.)
  1. Sarkasme
  • Ialah majas sindiran yang sangat kasar. Sudah bersifat mencemooh bahkan kadang-kadang sudah bersifat kutukan.

Misalnya :

  • Cis! Jijik saya melihat kamu!
  • Mau mampus, mampuslah kau, tidak mau mendengarkan nasihat orang.

***

Majas Pertentangan

  1. Paradoks
  • Ialah majas pertentangan dengan pengungkapan sesuatu seolah-olah berlawanan tetapi ada logikanya.

Misalnya :

  • Di kota yang ramai ia merasa kesepian. (Mungkin ia merasa sedih karena berpisah dengan kekasihnya.)
  • Hartanya banyak tetapi ia miskin. (Mungkin karena ia terlalu hemat.)
  1. Antitesis
  • Ialah majas pertentangan dengan penggunaan kata-kata yang berlawanan arti, untuk menghidupkan pernyataan.

Misalnya :

  • Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan berduyun-duyun datang ke tanah lapang.
  • Hujan panas, siang malam, pagi sore tak henti-hentinya mencari barang yang hilang itu.
  1. Kontradiksio Interminis
  • Ialah majas pertentangan dengan jalan menggunakan sebuah kata yang berlawanan arti dengan kata yang dipakai terdahulu.

Misalnya :

  • Semua buku telah disampul, hanya buku sejarah yang belum.
  • Saudara-saudaranya telah hadir semua, kecuali adiknya.
  1. Anakronisme
  • Ialah majas pertentangan dalam uraian yang tidak sesuai dengan keadaan zamannya.
  • Misalnya dalam cerita Tambera yang mengucapkan kata-kata sastra kepada Wadela. Kata-katanya ini bertaraf Pujangga Baru (tahun 1933). Padahal cerita itu mengisahkan keadaan tahun 1600 di pulau Banda.

***

Majas Penegasan

  1. Pronanisme
  2. Repetisi
  3. Paralelisme
  4. Klimaks
  5. Anti Klimaks
  6. Elipsi
  7. Retolis
  8. Numerasio
  9. Koreksio
  10. Eklamasi
  11. Interupsi
  12. Asidenton
  13. Pratento
  14. Polisidenton